Pengertian Etika
(Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan
atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan
moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk
jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang
dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal
tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi
dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk
penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian
sistem nilai-nilai yang berlaku.
Jenis etika :
1. Etika
filosofis
Secara harfiah dapat
dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir,
yang dilakukan oleh manusia. Karena itu etika sebenarnya adalah bagian dari
filsafat. Etika termasuk dalam filsafat karena itu berbicara etika tidak dapat
dilepaskan dari filsafat. Karena itu bila ingin mengetahui unsur-unsur etika
maka kita harus bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat.
2. Etika
teologis
Ada dua hal yang perlu
diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama etika teologis bukan hanya
milik agama tertentu melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya
masing-masing. Kedua etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum
karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum
dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Relasi etika filosofis dan etika teologis
Terdapat perdebatan mengenai posisi etika filosofis
dan etika teologis di dalam ranah etika. Sepanjang sejarah pertemuan antara
kedua etika ini ada tiga jawaban menonjol yang dikemukakan mengenai pertanyaan
di atas yaitu
· Revisionisme
Tanggapan
ini berasal dari Augustinus yang menyatakan bahwa etika teologis bertugas untuk
merevisi yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis
· Sintesis
Jawaban
ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas yang menyintesiskan etika filosofis dan
etika teologis sedemikian rupa sehingga kedua jenis etika ini dengan
mempertahankan identitas masing-masing menjadi suatu entitas baru. Hasilnya
adalah etika filosofis menjadi lapisan bawah yang bersifat umum, sedangkan
etika teologis menjadi lapisan atas yang bersifat khusus.
· Diaparalelisme
Jawaban
ini diberikan oleh F.E.D Schleiermacher yang menganggap etika teologis dan
etika filosofis sebagai gejala-gejala yang sejajar. Hal tersebut dapat
diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang sejajar.
Tujuan ETIKA
Mendapatkan gambaran
mengenai penilaian baik atau buruknya bagi semua manusia dalam watu dan ruang
tertentu. Yang dimaksud baik disini adalah bila mendapatkan suatu rahmat dan
memberikan perasaan senang atau bahagia yang dapat dikatakan baik bila dihargai
secara positif) dan yang dimaksud buruk adalah perbuatan buruk yang berarti
adanya pertentangan dengan norma-norma masyarakat tertentu.
Pengertian dan Definisi dari para ahli dalam pokok
perhatiannya yang dibahas tentang ETIKA
1. Merupakan
prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak.
2. Pedoman
perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan
manusia.
3. Ilmu
watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual.
4. Merupakan
ilmu mengenai suatu kewajiban.
Sifat Etika
1. Non
empiris, filsafat digolongkan sebagai ilmu non empiris. Ilmu empiris adalah
ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah
demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah
menanyakan apa dibalik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika.
Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara factual
dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak
boleh dilakukan
2.
Praktis, cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu yang ada.
Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak
terbatas pada itu melainkan bertanya tentang apa yang harus dilakukan. Dengan
demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung
berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi
ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai.
Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya
menganalisa tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban.
Profesionalisme
Pengertian Profesi
Tangkilisan (2005)
menyatakan bahwa, Profesi sebagai status yang mempunyai arti suatu pekerjaan
yang memerlukan pengetahuan, mencakup illmu pengetahuan, keterampilan dan
metode.
Menurut DE GEORGE :
PROFESI, adalah
pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup
dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Beberapa Pengertian Profesional, yaitu :
a. Menurut
Hardjana (2002), pengertian profesional adalah orang yang menjalani profesi
sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.
b. Menurut
Tanri Abeng (dalam Moeljono, 2003: 107), pengertian professional terdiri atas
tiga unsur, yaitu knowledge, skill, integrity, dan selanjutnya ketiga unsur
tersebut harus dilandasi dengan iman yang teguh, pandai bersyukur, serta
kesediaan untuk belajar terus-menerus.
Pengertian Profesionalisme
Menurut Siagian (dalam Kurniawan,
2005:74), profesionalisme adalah keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga
terlaksana dengan mutu yang baik, waktu yang tepat, cermat dan dengan prosedur
yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan atau masyarakat.
Menurut Abdulrahim
(dalam suhrawardi, 1994 :10) bahwa profesionalisme biasanya dipahami sebagai
kualitas yang wajib dipunyai setiap eksekutif yang baik, dimana didalamnya
terkandung beberapa ciri sebagai berikut :
1. Punya
Keterampilan tinggi dalam suatu bidang, serta kemahiran dalam mempergunakan
peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan
dengan bidang tadi.
2. Punya ilmu
dan pengetahuan serta kecerdasan dalam menganalisa suatu masalah dan peka
didalam membaca situasi, cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan
terbaik atas dasar kepekaan.
3. Punya sikap berorientasi ke hari depan, sehingga
punya kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terentang dihadapannya.
4. Punya
sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka
menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang
terbaik bagi dirinya dan perkembangan pribadinya.
Kekurangan & kelebihan:
Masih banyak manusia
yang tidak mempunyai etika karena dia tidak tahu kapan dan dimana dia harus ber
etika dengan baik.
Tapi tidak sedikit juga
manusia mempunyai etika yang baik, maka dia bisa sukses karena
profesionalismenya yang tinggi.
Kesimpulan & Saran :
Etika adalah prilaku
atau sikap seseorang yang baik atau buruk terhadap dirinya sendiri atau lingkungan
apalagi untuk lingkungan kerja. Karena profesionalisme seseorang akan dilihat
untuk guna menunjang suatu tugas agar sesuai dengan yang diinginkan. Sebagai manusia
berperilakulah yang baik agar diterima oleh orang lain.
Referensi :
http://she2008.wordpress.com/2012/03/11/etika-dan-profesionalisme-tsi/